https://kemlagi-mjkkab.desa.id/ - Warga Desa Kemlagi Kec. Kemlagi Kab. Mojokerto pada hari Selasa 16 Juli 2024 atau tepatnya malam 10 Muharram 1446 H mengadakan kegiatan doa bersama yang digelar oleh ibu-ibu dilingkungan Kemlagi Barat RT. 05 RW. 02 dengan tradisi menyantap bersama-sama bubur syuro yang sebelumnya dilaksanakan doa bersama.
Bulan Muharram merupakan bulan yang spesial bagi umat Islam. Bulan ini dirayakan sebagai pergantian tahun bagi para muslim. Umumnya umat muslim akan menyambut bulan yang istimewa ini dengan berpuasa. Selain itu, ada pula yang melakukan berbagai tradisi.
Seperti di hari ke-10 Muharram, umat Islam umumnya merayakan Hari Asyura yang ditandai dengan puasa sunah asyura. Tak hanya puasa Asyura, di beberapa daerah di Indonesia seperti Riau dan Kalimantan ada tradisi penyajian bubur asyura.
Bubur asyura merupakan bubur beras yang dimasak dengan air santan dan berbagai macam jenis sayuran. Bubur Asyura biasanya akan dimasak bersama oleh para warga, untuk kemudian akan dibagikan ke masjid maupun warga sekitar.
Bubur asyura atau Suro sendiri ternyata tidak hanya menjadi tradisi semata dalam menyambut Tahun Baru Islam, bubur asyura ternyata sarat makna. Tradisi memasak bubur asyura ditujukan sebagai bentuk rasa syukur manusia atas keselamatan yang selama ini diberikan oleh Allah SWT.
Rupanya jika dirujuk menurut sejarah atau asal usulnya, bubur asyura ternyata sudah ada sejak masa Nabi Nuh AS kala bersama kaumnya yang beriman selamat dari banjir besar dengan menaiki perahu.
Bubur Asyura Sudah Ada Sejak Masa Nabi Nuh
Dilansir dari berbagai sumber, dihikayatkan, bahwa tatkala perahu Nabi Nuh AS, sudah berlabuh (siap digunakan) pada hari ‘asyuro, beliau berkata kepada kaumnya: "Kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian!” Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata: “(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan ‘adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)."
Kemudian Nabi Nuh berkata: "Pasaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat."
Dari peristiwa ini maka kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian. Dan kejadian di atas merupakan praktik memasak yang pertama kali terjadi di atas muka bumi. Dan juga peristiwa itu dijadikan sebagai kebiasan setiap hari ‘asyuro. Sejak itu lah, tradisi memasak bubur asyura dilakukan oleh umat muslim di berbagai belahan dunia tak terkecuali di Indonesia.
Sumber https://www.liputan6.com/
Dikabarkan oleh Tim Pengelola Informasi Desa Kemlagi
Husen Shofi
17 Februari 2024 10:44:45
Alhamdulillah terima kasih infonya . pemerintah Desa Kemlagi semakin Oke. Semoga bermanfaat untuk semua...